Pertanyaan mengapa bentuk tubuh para petarung UFC cenderung ramping dan tidak terlalu berotot seringkali membuat orang tertarik. Sebagai peserta Ultimate Fighting Championship (UFC), para petarung ini memang memiliki tampilan fisik yang berbeda dengan atlet beladiri lainnya. Namun, ada alasan ilmiah yang menjelaskan mengapa hal ini terjadi.

Dalam dunia MMA, kekuatan fisik bukanlah segalanya. Meskipun otot besar dapat meningkatkan kekuatan dalam waktu singkat, petarung UFC harus memiliki daya tahan yang luar biasa selama pertarungan yang intensif. Berbeda dengan atlet angkat besi yang membutuhkan otot besar, petarung UFC lebih fokus pada ketahanan otot dan kardio yang baik.

Pertarungan di UFC seperti melakukan marathon di atas oktagon. Petarung harus siap bertarung dalam 5 ronde dengan pertarungan yang cepat dan intensif. Mereka perlu memiliki tubuh yang tangkas, cepat, dan memiliki daya tahan super kuat. Sehingga, pembangunan otot besar bukanlah prioritas utama bagi petarung UFC.

Pelatihan berulang-ulang dengan intensitas tinggi akan meningkatkan daya tahan otot dan mengurangi lemak tubuh. Misalnya, latihan push up sebanyak 100 kali lebih bermanfaat daripada bench press dengan beban berat beberapa kali. Hal ini membuat petarung UFC tetap fit dan tidak mudah lelah selama pertandingan.

Otot yang besar juga dapat membuat gerakan petarung menjadi lambat dan kurang fleksibel. Dalam dunia MMA, fleksibilitas dan kecepatan merupakan hal yang sangat penting. Petarung UFC harus dapat melakukan teknik menyerang dan bergulat dengan cepat dan efisien, sehingga otot besar cenderung menghambat performa mereka dalam pertarungan.

Selain itu, tubuh yang besar juga membutuhkan asupan oksigen yang lebih besar. Hal ini membuat jantung bekerja lebih keras dan petarung mudah kekurangan oksigen. Sebaliknya, petarung UFC dengan tubuh ramping dan berotot tipis dapat menggunakan oksigen dengan lebih efisien, sehingga dapat bertahan selama pertarungan yang panjang.

Dengan demikian, bentuk tubuh para petarung UFC yang ramping dan tidak terlalu berotot bukanlah kelemahan, melainkan hasil dari latihan yang intensif dan penyesuaian fisik untuk memenangkan pertarungan. Mereka tidak hanya dituntut memiliki kekuatan, tetapi juga daya tahan yang kuat untuk bertarung dalam kondisi yang ekstrem.

Jadi, meskipun penampilan fisik petarung UFC mungkin terlihat berbeda, namun itu adalah strategi yang cerdas untuk mencapai kesuksesan dalam ajang beladiri paling populer di dunia saat ini. Semua ini membuktikan bahwa keberhasilan dalam UFC bukan hanya tentang otot besar, tetapi juga tentang kemampuan fisik yang tangkas, cepat, dan tahan lama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *